Orang dewasa sendiri menggunakan mainan dan permainan untuk membentuk dan memperkuat jaringan sosial, mengajarkan, dan menggunakan untuk pelajaran bagi anak-anaknya. dan pada pada dasarnya, anak-anak menggunakan apapun yang mereka temukan sebagai mainan, baik itu buah cemara, batu maupun makanan. Beberapa mainan kuno yang digali dari situs kebudayaan kuno seperti kereta kuda mainian, peluit berbentuk burung, mainan monyet diperkirakan sudah ada antara tahun 3000 - 1500 SM di lembah Indus.
Awalnya mainan banyak dibuat menggunakan material seperti batu, kayu dan tanah liat. Ribuan tahun lalu, anak-anak Mesir sudah bermain dengan boneka yang memiliki wig, dan anggota tubuh yang dapat digerakkan, dibuat menggunakan batu, keramik dan kayu. Di Yunani dan Romawi kuno, anak-anak bermain dengan boneka yang terbuat dari lilin maupun tanah liat, kayu, juga memiliki mainan panah-panahan serta yo yo. Anak-anak perempuan masa Yunani kuno memiliki kebudayaan mengurbankan mainan mereka pada para dewa, pada malam pertama, para gadis (berumur sekitar 14tahun), mempersembahkan boneka mereka di kuil-kuil sebagai ritual untuk melangkah ke kedewasaan. dengan berkembangnya teknologi dan kebudayaan juga berpengaruh pada jenis mainan. Jika mainan jaman kuno dibuat dari bahan-bahan alami oleh para orang tua maupun anak-anak sendiri, maka mainan modern sudah terbuat dari plastik, kain dan bahan sintetis serta dibuat secara masal dan dijual di toko-toko. Mainan paling umum dan tertua adalah boneka. Boneka primitif yang pernah ditemukan adalah kayu yang di pahat dengan ikatan rumput.
Awalnya mainan banyak dibuat menggunakan material seperti batu, kayu dan tanah liat. Ribuan tahun lalu, anak-anak Mesir sudah bermain dengan boneka yang memiliki wig, dan anggota tubuh yang dapat digerakkan, dibuat menggunakan batu, keramik dan kayu. Di Yunani dan Romawi kuno, anak-anak bermain dengan boneka yang terbuat dari lilin maupun tanah liat, kayu, juga memiliki mainan panah-panahan serta yo yo. Anak-anak perempuan masa Yunani kuno memiliki kebudayaan mengurbankan mainan mereka pada para dewa, pada malam pertama, para gadis (berumur sekitar 14tahun), mempersembahkan boneka mereka di kuil-kuil sebagai ritual untuk melangkah ke kedewasaan. dengan berkembangnya teknologi dan kebudayaan juga berpengaruh pada jenis mainan. Jika mainan jaman kuno dibuat dari bahan-bahan alami oleh para orang tua maupun anak-anak sendiri, maka mainan modern sudah terbuat dari plastik, kain dan bahan sintetis serta dibuat secara masal dan dijual di toko-toko. Mainan paling umum dan tertua adalah boneka. Boneka primitif yang pernah ditemukan adalah kayu yang di pahat dengan ikatan rumput.
Pada awal abad 19, boneka yang dapat berkata "mama", diproduksi. Saat ini, tersedia boneka yang dapat mengenali benda, suara pemilik dan memilih mengucapkan kalimat yang sudah diprogram untuk menganggapi. Walaupun bahan pembuatan dan bagaimana mainan tersebut digunakan sudah berubah, fakta bahwa anak-anak memerlukan mainan tetap sama.
Menuliskan sebuah euphoria pada jamannya merupakan tantangan tersendiri dikala penulis semakin asik masuk dalam dunia mainan dunia anak anak, dunia dimana bisa terbang tinggi bebas diawan. melanggar semua makna, menciptakan sendiri ruang kesenangan yang dulu tidak pernah ada. sebuah mainan bukan saja produk pembebasan tetapi merupakan produk zaman, sebagai benda yang tidak ternilai harganya hingga menjadikan sebuah keasikan tersendiri bagi penikmatnya dan memburunya.